Sudah 5 tahun belakangan ini saya semakin mendalami merek jam tangan Seiko karena saya
melihat ada sesuatu yang besar dibalik kesederhanaan sebuah Seiko dan
produk-produknya (terutama yang high-end). Beberapa waktu lalu, para
penggemar jam banyak yang mengatakan bahwa Seiko adalah ‘The sleeping
giant’ karena mereka memiliki filosofi dan kemampuan teknis yang tidak
kalah dengan pesaing mereka dari Swiss. Namun, Seiko kini bukan lagi
sebagai ‘sleeping giant’ karena sang raksasa sudah mulai bangun dan
menggeliat. Salah satu bukti bangunnya Seiko untuk tampil lebih
mengglobal adalah dengan tidak lagi membatasi peredaran Grand Seiko
hanya di Jepang saja, dan mulai membuka pasar untuk ke 20 wilayah lain
di dunia sejak tahun 2010. Namun tidak semua model GS yang dijual di
wilayah tersebut, dan untuk tipe-tipe tertentu tetap harus datang ke
Jepang untuk membelinya. Dan keputusan Seiko ini sangat disambut baik
oleh para penggemar jam dunia yang mengagungkan originalitas, kemampuan
watchmaker yang sangat tinggi dan kemurnian sebuah desain.
Seiko berhasil menciptakan rasa penasaran tinggi dari para kolektor jam dengan produk Grand Seiko-nya. Kualitas yang tidak main-main, totally in-house movement (termasuk hairsprings), dan performance movement yang tinggi, membuat banyak pembuat jam dari Swiss yang (akhirnya) mengakui bahwa Grand Seiko adalah sebagai salah satu the best mechanical watch in the world. Salah seorang CEO produsen jam besar pernah mengatakan,”There is only one thing wrong with Grand Seiko…: The Name!”. karena nama SEIKO sudah kuat dipersepsikan sebagai pembuat produk massal dan murah untuk jam-jam quartz. Dan bagi banyak orang, masih sulit untuk menerima bahwa sebuah Grand Seiko dihargai antara US$ 4,000 sampai US$ 25,000 (GS platinum 130 anniversary).


Dengan
keberhasilan ini, Seiko semakin terpacu untuk memproduksi sebuah jam
yang memiliki performance yang bisa mendekati atau bahkan mengalahkan
jam-jam high end produksi Swiss. Untuk tujuan itu, Seiko mengumpulkan
watchmaker terbaiknya dalam sebuah tim yang bertujuan untuk membuat
sebuah jam yang mereka sebut sebagai ‘The ideal watch’. Tujuan
tim ini adalah membuat jam yang paling akurat, tangguh, bernilai
estetika tinggi, sekaligus paling nyaman dikenakan. Dan mereka
menamakannya ‘The Grand Seiko’. Semua watchmaker dalam Tim tersebut
punya keinginan dan ambisi yang sama dalam hal performance yaitu
melewati (lebih baik) dari standar akurasi Chronometre yang dipatok oleh
COSC di Swiss!.
Grand Seiko pertama kali diperkenalkan ke public Tokyo pada 18 Desember 1960. GS pertama menggunakan manual winding movement cal.3180 dengan frekwensi 18,000 bph. Desainnya sederhana dan menuliskan ‘Chronometre’ pada dialnya. GS pertama ini dijual dengan harga 25,000 Yen, yang saat itu ekuivalen dengan 2 bulan gaji seorang professional lulusan Universitas. Saat itu Seiko melakukan pengujian GS sesuai dengan apa yang dilakukan oleh COSC. Beberapa tahun kemudian, Seiko menghapus tulisan ‘Chronometer’ pada dial selain karena adanya keberatan dari pihak COSC mengenai penggunaan resmi kata ‘chronometer’ tersebut, juga karena pengujian GS mereka lakukan dengan standard yang lebih tinggi dari COSC.
Seiko
memproduksi GS untuk periode awal dari tahun 1960 – 1975. Produksi
dihentikan karena Grand Seiko terkena dampak dari revolusi jam quartz
yang menyebabkan penurunan drastis akan permintaan jam-jam mekanik.
Kekosongan ini berlanjut sampai lebih dari 15 tahun kemudian. Pada tahun
1988, Seiko juga memproduksi Grand Seiko dengan menggunakan quartz
movement. Akhirnya, pada tahun 1991 Seiko memutuskan untuk kembali
memproduksi lagi jam-jam mekanik untuk kategori high-end. Tahun 1998
Seiko meluncurkan GS yang disebut sebagai periode ke-2 dengan
menggunakan movement generasi terbaru seri cal.9S5, yang dibuat khusus
untuk GS dan merupakan ‘the flagship of Seiko’..
Grand Seiko diproduksi oleh pabrik Morioka Seiko Instruments Inc (MSI) yang berada di sebuah kota bernama Shizuku-Ishi. Dalam pabrik MSI ini terdapat sebuah kelompok elit yang bernama Shizuku-Ishi Watch Studio. Kelompok ini beranggotakan 60 watchmaker dan teknisi paling handal dan berpengaruh di Seiko yang masih memproduksi jam dengan cara-cara tradisional. Bahkan untuk memoles jam masih menggunakan prinsip Zaratsu, yaitu prinsip memoles pedang Samurai secara manual dan berulang-ulang yang sudah berusia ribuan tahun. Di dalam pabrik inilah para teknisi Seiko mendesain, membuat parts dan melakukan assembling dengan cara manual satu-per-satu produk-produk high end Seiko. Dalam ruangan kerja kelompok ini, masing-masing watchmaker memiliki seperangkat meja kerja yang dibuat customized sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Hal ini dilakukan agar para watchmaker bisa bekerja secara maksimal dalam kondisi yang membuat mereka sangat nyaman. Meja kerja mereka dibuat secara khusus oleh pembuat furniture tradisional Iwayado Tansu dari kayu yang hanya bisa diperoleh dan merupakan ciri khas daerah setempat.

0 komentar:
Posting Komentar